Menikah Karena Muda(h)
Belakangan
ini ada hal yang cukup menarik perhatian sekaligus mengusik pikiran saya dan
membuat saya mengaitkannya kesana kemari, yaitu tentang pernikahan. Sebagai
orang yang belum menikah (dalam waktu dekat), mungkin saya akan terkesan sok
tahu karena dengan beraninya mengangkat topik ini ke permukaan. Bukan, bukan
maksud saya untuk seperti itu, ini hanyalah sebuah persepsi dan tidak
untuk menyorot mereka yang sudah lebih dulu dan lebih lama menjalani fase ini.
Ada
yang bilang menikah saja dulu kalau memang sudah siap dari sisi finansial,
masalah rasa akan tumbuh dengan sendirinya. Ada juga yang bilang perasaan dan kesiapan psikologis adalah
modal utama sebuah pernikahan.
Menurut
saya, kehidupan pernikahan dengan segala ini-itu di dalamnya tidak semudah
sekaligus tidak sesulit yang dilihat atau didengar. Itulah sebabnya
diperlukan pemikiran matang sekaligus pembicaraan panjang sebelum akhirnya
memutuskan untuk menikah, bahkan dengan orang yang mungkin sudah saling mengenal dan berhubungan bertahun-tahun hingga ke level keluarga satu sama lain.
Apakah saya baru saja terdengar sinis terhadap mereka yang menikah begitu saja
di usia muda apalagi yang hanya baru saling kenal dalam hitungan bulan bahkan
minggu? Mungkin itulah yang dinamakan konsep jodoh, rahasia ilahi, atau quality > quantity.
Ada masanya saya berpikir bahwa menikah muda memang satu ide yang menarik. Membayangkan hidup terpisah dari aturan mengikat saat tinggal bersama orangtua seolah memiliki kebebasan.
Saya
tahu ada yang menikah di usia muda karena tidak tertarik melanjutkan pendidikan
tetapi terlalu malas bekerja alias sekadar butuh dinafkahi.
Saya
tahu ada yang menikah di usia muda karena tradisi turun menurun di keluarga
misalnya standard usia untuk menikah yang rasanya mustahil untuk dilanggar.
Saya
juga tahu ada yang menikah di usia muda karena merasa perasaan yang dimiliki sudah
lebih dari cukup dan tidak alasan lain untuk tidak menikah dengan pasangan.
Tetapi...
Saya
juga tahu ada yang menikah di usia muda karena cukup dewasa untuk
menyadari bahwa dalam hidup ada fase yang harus mereka jalani berupa komitmen
jangka panjang dengan segala konsekuensinya.
Saya
juga tahu ada yang menikah di usia muda karena merasa sudah yakin bahwa
perkenalan singkat dengan pasangan bukan alasan untuk tidak lanjut ke jenjang
berikutnya.
Saya
juga tahu ada yang menikah di usia muda hanya untuk kepentingan
orangtua semata, menomorduakan perasaan, tapi toh akhirnya bisa belajar menerima dan bahagia.
Mungkin...
Saya
terlalu mengkhawatirkan bahwa nantinya masalah
tidak hanya bertebaran di masa-masa awal usia pernikahan saja.
Saya
terlalu mengkhawatirkan bahwa semakin bertambahnya usia dan tekanan hidup nantinya bisa menjadi alasan berkurangnya
rasa yang harusnya menjadi fondasi pernikahan
itu sendiri.
Saya
terlalu mengkhawatirkan bahwa memiliki pasangan ideal dalam sebuah pernikahan
bukan berarti jaminan akan lahirnya orangtua ideal.
Entahlah,
di era sekarang ini cukup menyedihkan melihat urusan pernikahan seseorang yang seharusnya berada di jalur pribadi tapi seolah menjadi konsumsi publik bahkan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Buat
saya sendiri, di usia yang (katanya) sudah cukup, menginginkan menikah muda
mungkin akan terdengar lucu. Tapi kalaupun nantinya saya akan menikah, meski menjalaninya tidak mudah semoga saya bisa selalu merasa muda. :)
Comments
Post a Comment