Hey, Juli
Drrrrt…drrrrt
Sebuah
notifikasi tiba-tiba muncul dari handphonenya saat Juli baru saja mematikan
lampu kamar dan ingin memejamkan matanya bersiap tidur. Diraihnya benda
berbalut casing kuning polos yang memang terletak tidak jauh dari tempat
tidurnya.
Apa sih jam segini…
“Hey,
Juli”
Satu
pesan singkat yang hanya terdiri dari dua kata.
Juli
menyalakan lampu kamar dan terduduk di sisi tempat tidurnya, masih menatap
layar handphone. Berulang-ulang dibacanya pesan tersebut seolah bisa membuat
isinya bertambah.
Dilihatnya
nama sang pengirim pesan.
Nama yang pernah begitu akrab.
Nama yang pernah memenuhi kotak pesan dan riwayat panggilannya.
Namun selama dua tahun terakhir, nama itu berubah menjadi asing. Hilang. Berganti ingatan berisi tanya, janji, rindu, apapun yang seolah bersahut-sahutan menghampirinya.
Ingatan tentang hadiah ulang tahun yang belum sempat diserahkan.
Ingatan tentang beragam kabar ini dan itu yang biasa dibagi bersama.
Ingatan tentang beberapa pesan terbaca yang tidak berbalas.
Juli menekan kolom balas.
Haruskah aku hanya membiarkannya terbaca seperti yang telah dilakukannya?
Haruskah aku menanyakan penyebab dia menghilang?
Haruskah aku mengatakan bahwa aku merindukannya?
Tangannya sedikit bergetar sambil mengetik.
Akhirnya pesan itu terkirim.
"Hey.. Lagi apa?"
Comments
Post a Comment