Kuningnya Semangka, Ungunya Ubi
Di
atas meja kecil beralaskan kertas kalender bekas yang terletak di agak di pojok
ruangan, Semangka Kuning dan Ubi Ungu hidup berdampingan di atas dua keranjang besar
berwarna merah keunguan. Mereka terpisah dari yang lainnya seperti Pisang
Kepok, Pepaya California, Nanas Madu, dan Buah Naga yang berada di atas
hamparan meja besar di tengah ruangan.
***
“Mang…”
Ubi Ungu membuka pembicaraan. Mungkin ia bosan karena sejak pagi tadi tidak ada
yang menyentuh atau bahkan sekadar meliriknya.
“Iya
Bi…” jawab Semangka Kuning dengan tenang.
“Enak
ya mereka.” Sambil melayangkan pandangannya ke arah kerumunan orang yang sibuk
memilih sambil sesekali menimbang-nimbang Pepaya dan Nanas, ia melanjutkan
ucapannya. “kayanya tiap hari tidak pernah kesepian. Hidupnya bahagia.”.
“Kenapa
kamu harus merasa kesepian dan tidak bahagia?”
“Ya
buktinya sudah lebih dari sehari tidak ada yang berminat membeliku. Tentu saja
orang-orang lebih memilih buah daripada ubi. Bahkan, para tukang gorengan yang
rutin datang setiap pagi pun tidak menyukaiku karena warna ungu ini.”
Semangka
Kuning terdiam sejenak sebelum berkata pelan, “Jadi ini semua hanya karena
warnamu?”.
Ubi
Ungu mengangguk pelan.
“Lihat
aku, Bi. Menurutmu aku ini apa?”
“Ya
kamu adalah semangka. Memangnya apa?”
“Iya
maksudku apa kamu tidak sadar ada yang berbeda antara aku dan semangka yang
lain?”.
Sambil
menunduk, Ubi Ungu berbisik, “Kamu kuning.”.
“Menurutku
kita ini unik dan kamu tidak seharusnya berkecil hati hanya karena terlihat
berbeda. Aku pernah mendengar bahwa ubi ungu bisa diolah menjadi berbagai makanan
ringan dan rasanya lebih nikmat. Warnanya pun lebih cantik. Ingatlah Bi, menjadi
berbeda bukanlah suatu kegagalan.” Semangka Kuning berusaha menghibur teman
kecilnya.
“Hmm..
Kamu benar, Mang. Maafkan aku yang masih kekanak-kanakkan ini.” Ubi Ungu pun
mulai tersenyum. “asal kamu tahu saja, menurutku warna kuning jauh lebih
menarik daripada merah. Melihatnya saja sudah membuat bahagia.” sekarang ia
terlihat jauh lebih bersemangat.
“Terima
kasih, Bi.” kata Semangka Kuning. Andai
kamu tahu bahwa itu juga yang aku rasakan sejak lama tapi sayangnya aku tidak
seberuntung kamu untuk mampu mengungkapkannya. Ya, aku seringkali hanya menjadi
alternatif saat Si Merah tidak ada atau menemaninya jika beruntung. Sebagai
buah atau hanya sekadar hiasan. Aku berbeda tapi tidak ada yang spesial dan
perlu dibanggakan. Waktuku tidak lama lagi dan mungkin nantinya aku hanya akan terbuang
percuma. Terlupakan.
***
Saat
hari menjelang sore, keinginan Ubi Ungu terkabul. Seorang pembuat kue
membawanya pulang dan ia terlihat sangat bahagia saat keluar dari keranjangnya.
Semangka Kuning melepasnya dengan senyum bahagia.
Malam
berganti pagi. Semangka Kuning mulai merasa ada yang aneh pada dirinya.
Sepertinya ia mulai membusuk dan tanpa sadar ia sudah terlempar ke atas
tumpukan sampah di dalam truk kebersihan yang sedang keliling. Mungkin untuk
banyak orang ia hanya sebuah kerugian atau sampah, tapi paling tidak untuk Ubi
Ungu ia adalah semangat yang menguatkan dan membuat bahagia.
***
Terkadang, untuk sebagian
orang menjadi berbeda itu adalah kelebihan tapi untuk yang lainnya bisa juga
sebuah kekurangan. Ada yang merasa malu atau bangga.
Pada akhirnya, ketika
menyangkut dengan diri sendiri entah itu penampilan atau kesukaan seharusnya tidak ada
yang salah dengan menjadi sama atau berbeda apalagi sampai dipaksakan, bukan karena
tidak bisa hanya saja sepertinya kadang tidak perlu.
Biarkan saja, terima saja,
jalani saja, nikmati saja…
…dirimu sendiri.
***
Be yourself, no matter what they say
I'm an alien
I'm a legal alien
Comments
Post a Comment