Happy Belated Birthday!

Lima menit yang lalu aku melihat sekilas ada amplop kuning terselip di lipatan bajuku saat sedang membuka lemari.

Samar-samar aku berusaha mengingat apa isinya.

Ternyata sebuah surat pendek, bertuliskan tulisan tanganku yang cukup rapi.

Hari ini...

Maaf karena tidak menepati janji untuk membelikan beberapa hal yang kau inginkan.
Maaf karena tidak memungkinkan untukmu pergi ke tempat yang juga kau inginkan.
Maaf karena seperti biasa kau harus menerima kenyataan bahwa kau memang terlupakan.
Maaf karena lagi-lagi kau berbeda.

Tidak apa-apa.
Toh, ini bukan lagi hal hal baru.
Tidak apa-apa.
Bahkan, satu-satunya distraksimu bermasalah.
Tidak apa-apa.
Masih ada beberapa menit lagi, nikmatilah dalam kesendirianmu.
Tidak apa-apa.
Meski sulit, berjanjilah bahwa kau tidak akan menganggap hal ini sebagai hal besar.
Tidak apa-apa.
Kau tidak perlu memaksa untuk dapat bahagia, cukup lakukan yang terbaik sebisamu.

Terima kasih untuk bertahan.

Selamat ulang tahun.

Ini surat yang kutulis setahun yang lalu.

Malam itu aku menangis hebat saat menulisnya di menit-menit terakhir sebelum hari berganti.

Itulah caraku merayakannya.

Malam ini ketika aku membacanya, aku tersenyum.

Rasanya ingin memeluk diriku saat itu dan berkata, "Lihat, aku bertahan meski kepayahan.".

Comments

Popular posts from this blog

Resolusi

Selamat Tinggal

Everything Is Not That Important, Everyone Is