Nyauw...

Tidak peduli seberapa besarnya usahaku melupakanmu, rasanya tetap saja aku kalah.

Terlalu banyak.

Iya, terlalu banyak kenangan tentangmu di kepalaku.

Tidak, bukan hanya tentangmu melainkan juga tentang kita.

Minuman kesukaanmu.

Makanan yang ingin kita makan bersama.

Deretan tempat impianku yang katamu akan kita datangi satu persatu.

Pertanyaan basa basi yang selalu terasa hangat meski memang hanya bersifat rutinitas. Pertanyaan yang tidak jarang hanya terkirim tanpa tahu kapan akan terbaca dan terjawab.

Itu namanya perhatian, katamu.

Kesibukan masing-masing yang tidak pernah menjadi alasan untuk menghilang.

Penting tapi ga segitunyalah, katamu.

Lelah seolah mampu terobati hanya dengan percakapan dini hari yang berisi lelucon yang itu-itu saja dan suara dengkuran halus yang tidak lagi tertahan di jam kesekian. Seolah 

Aku mengingat itu semua.

Entah bagaimana denganmu.

"Tahuuu buuulat... Digoreng da da kan! Lima ratusan, hangat-hangat! Nyauuuw..."

Nyanyian penjual tahu bulat membuyarkan ingatan tentangmu yang tiba-tiba muncul.

Ada jeda sejenak.

Hingga semenit kemudian, aku teringat kembali betapa dulu kita pun sering tiba-tiba saling berhenti bicara tiap kali penjual tahu bulat lewat.
Setelahnya, kita akan saling tertawa.
Setelahnya, aku akan mengulang nyanyian itu dan kamu akan tertawa.
Setelahnya, kamu akan mengulang bagian 'Nyauw' dan aku akan tertawa.
Setelahnya, kita akan sama-sama tertawa lama.

Suara nyanyian itu sudah tidak terdengar lagi.

Menyisakan aku yang dengan bodohnya mengulang nyanyian itu.

"Nyauw..."

Aku berbisik lirih.

Lagi-lagi aku menangis seorang diri.

Kali ini, untuk waktu yang lebih lama.

Comments

Popular posts from this blog

Resolusi

Selamat Tinggal

Everything Is Not That Important, Everyone Is